Pada pertemuan di November kali ini, Federal Reserve (The Fed) akan kembali menentukan arah kebijakan suku bunga. Meskipun begitu, para investor masih merasa ragu apakah bank sentral AS ini akan kembali menaikkan suku bunga mengikuti ekspektasi pasar yang diharapkan dapat meredam inflasi yang masih, atau mungkin akan memutuskan untuk tetap pada kebijakan yang sedang berlaku.
Beberapa pejabat penting The Fed baru-baru ini telah mengindikasikan bahwa upaya bank sentral untuk menstabilkan ekonomi melalui kenaikan suku bunga diperkuat oleh pergerakan pasar terbaru yang pada dasarnya telah melakukan sebagian dari pekerjaan tersebut.
Perhatian tertuju pada kenaikan suku bunga obligasi AS untuk saat ini, dengan yield obligasi 10 tahun mencapai level tertinggi dalam dua dekade pada pekan lalu. Pasar obligasi memegang peran penting karena menjadi dasar bagi suku bunga lainnya, termasuk hipotek dan utang korporasi, serta memengaruhi pasar saham.
The Fed telah meningkatkan suku bunga utamanya dari hampir nol hingga lebih dari 5,25% dalam 19 bulan terakhir dalam upaya untuk mengendalikan inflasi. Akan tetapi, bank sentral AS hanya mengontrol suku bunga jangka pendek. Tujuan utama mereka adalah menjaga inflasi tahunan sekitar 2%.
Kenaikan suku bunga yang dilakukan sejauh ini tampaknya berhasil menurunkan laju inflasi tahunan dari 9,1% pada Juni 2022 menjadi 3%. Namun, inflasi telah kembali meningkat menjadi 3,7%. Para pejabat lebih khawatir tentang inflasi inti, yang mengalami pertumbuhan yang lebih lambat, turun dari puncak 6,6% pada September 2022 menjadi 4,1% pada September.
Pelaku pasar telah mengurangi ekspektasi kenaikan suku bunga sebelum akhir tahun, meskipun mereka masih melihat kemungkinan para pembuat kebijakan akan menaikkan suku bunga sekali lagi. Namun, jika suku bunga tetap tinggi, hal ini dapat terus meningkatkan biaya pinjaman yang telah diberlakukan oleh The Fed untuk konsumen dan perusahaan.
Sikap “Dovish” dari bank sentral telah menghentikan kenaikan suku bunga di pasar, dengan yield obligasi Treasury 10 tahun turun sebanyak 0,2 poin persentase sejauh ini minggu ini. Meskipun begitu, yield obligasi AS masih berada di bawah 5,0%. Kemungkinan besar, Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, akan mempertimbangkan opsi kenaikan suku bunga sambil terus memantau kondisi ekonomi dan pertumbuhan sektor lapangan kerja.
Dalam skenario di mana Jerome Powell pertemuan bulan November Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga dengan membuka kemungkinan kenaikan suku bunga pada pertemuan terakhir tahun 2023, yang dijadwalkan pada bulan Desember mendatang, kemungkinan besar nilai dolar AS akan tetap mengalami penguatan, meskipun ada potensi untuk pelemahan setelah keputusan suku bunga yang mungkin menimbulkan kejutan. Bahkan, jika The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga pada pertemuan November dan berencana untuk mempertahankannya pada pertemuan Desember, dolar AS akan tetap kuat.
Imbasnya, nilai tukar dolar AS terhadap mata uang mayoritas dan terhadap komoditi berdenominasi dolar AS akan menguat, mengikuti kenaikan suku bunga obligasi yang hampir dipastikan akan mencatat kenaikan.